Lagu-lagu dalam album baru Lim Kim, GENERASIAN, enggak memiliki makna tersirat. Tak ada metafora atau apalah itu. Setiap liriknya, seperti “Asian girls sing like me / They singin’ like a queen” atau “See who’s the fucking queen / We Yellow”, dinyanyikan apa adanya dan menggambarkan perjalanannya mengekspresikan identitas sebagai perempuan Asia. Musisi 25 tahun ini meninggalkan dunia mainstream K-Pop yang mesin uang untuk mengambil jalur bermusiknya sendiri.
Dia mulai dikenal sebagai musisi pada 2011, setelah mengikuti ajang bakat menyanyi Superstar K3. Suara Lim Kim yang dreamy dan lembut berhasil memikat siapapun yang mendengarnya. Dia sering menyanyikan lagu cinta-cintaan saat itu. Namun, dia keluar dari label Mystic Story pada 2016 dan mulai membuat musiknya sendiri.
Videos by VICE
Single hip-pop Lim Kim, SAL-KI, yang dirilis Mei lalu menandai awal perjalanan Lim Kim sebagai musisi independen. Beberapa menyebut perubahannya sebagai revolusi dunia K-pop, sementara lainnya kaget mendengar lirik-liriknya yang agresif. Ada yang mengapresiasi keberaniannya, ada juga yang menghujat. Akan tetapi, Lim Kim tak peduli dengan ini semua. Dengan GENERASIAN, dia ingin menjadi dirinya sendiri.
i-D Australia berbincang dengan Lim Kim untuk membahas soal revolusi K-popnya.
Junhyup Kwon: Pesan apa yang ingin kamu sampaikan lewat album baru ini?
Lim Kim: Aku ingin orang-orang menyadari enggak ada yang salah dengan menjadi diri sendiri. Selama ini, masyarakat menuntut kita mengikuti norma tertentu. Kalau kita melawan, mereka akan mengecap kita salah. Aku juga mau menunjukkan betapa beragam musik K-pop dan Asia. Industri musik Asia sebenarnya sangat penuh warna. Itulah pesan dariku. Banyak yang kaget dengan genre baruku, tapi aku enggak peduli. Aku enggak menyoroti genrenya, tapi pesannya.
Albumnya berfokus pada identitasmu sebagai perempuan Asia. Apa alasannya?
Orang-orang di seluruh dunia mulai membicarakan pentingnya keberagaman. Tapi, aku merasa orang Asia masih sering dikecualikan. Aku jarang menemukan role model dari Asia saat tinggal di luar negeri, bepergian, atau mendengarkan musik. Apalagi di industri musik. Aku bingung kenapa masih ada diskriminasi terhadap ras tertentu, makanya aku merasa harus menunjukkan dunia kalau Asia juga punya banyak seniman hebat.
Aku juga mulai memikirkan identitasku sebagai perempuan sejak debut menjadi musisi K-pop. Ada kriteria tertentu jika kamu ingin jadi penyanyi K-pop perempuan. Penampilan fisik sangat penting. Aku enggak nyaman dengan ini semua. Aku merasa terkungkung dalam dunia yang lebih menyukai musisi atraktif, dan seolah-olah aku harus hidup seperti itu selamanya.
Menurutmu, perubahan dramatis ini dilakukan demi kebahagiaanmu?
Enggak juga. Aku cuma ingin bersikap apa adanya, sebagaimana diriku diciptakan. Aku gagal paham kenapa masyarakat enggak mau kalau kita jadi diri sendiri. Aku yakin ada kebahagiaan lebih besar selain menjadi diri sendiri, tetapi kebahagiaan baru akan datang kalau kita benar-benar hidup sebagaimana adanya. Jujur pada diri sendiri itu sangat penting.
Beberapa penggemar kaget dengan perubahannya dan merindukan karakter suara dreamy-mu.
Aku bisa dengan mudah menyanyi pakai suara beda. Aku enggak mau fokus sama satu gaya saja. Semuanya tergantung apa yang ingin kusampaikan saat itu. GENERASIAN bukan album terakhirku. Aku tertarik mencoba konsep, genre dan gaya lain di masa depan.
Lagi pula, suara alamiku enggak dreamy, sama kayak cara berbicaraku. Aku harus bekerja keras menghasilkan suara seperti itu. Bagiku, suara adalah alat musik kita. Jadi, suaranya bisa beragam dari berat, lembut, agresif hingga dreamy.
Kamu bikin album lewat crowdfunding. Industri K-Pop hampir enggak pernah melakukan itu. Kenapa kamu memilih jalur ini?
Alasannya ada dua. Pertama, kayaknya seru kalau orang-orang tahu ada banyak cara mengumpulkan uang tanpa bantuan perusahaan besar. Aku ingin membuktikan peluangnya sangat banyak. Kedua, kami memang butuh uang buat merilis albumnya karena label rekaman jarang memahami musik yang ingin aku buat. Aku merasa bisa mengumpulkan uang sekaligus membagikan pemikiran dan keyakinanku.
Aku sadar ada banyak orang yang mendukungku dan mendambakan gaya K-pop yang berbeda. Aku yakin enggak semua donaturnya penggemar, tetapi mereka mungkin mendukung pesanku. Sebelum ini, menemukan orang-orang yang sepemikiran itu enggak gampang. Lewat peluang ini, aku jadi tahu kalau banyak kok yang memahami tujuan baruku.
Artikel ini pertama kali tayang di i-D