FYI.

This story is over 5 years old.

Sains

Perjalanan Mencari ‘Brown Note’, Frekuensi Suara yang Bikin Manusia Berak di Celana

Bunyi yang muncul di episode Southpark maupun jurnal New Scientist ini menjadi legenda tersendiri, bahkan di kalangan ilmuwan.
(Foto oleh: Justinas Vosylius)

Artikel ini pertama kali tayang di VICE UK.

Kabar mengenai 'brown note' sampai ke kuping saya sejak lama. Saya masih SD waktu itu. Seorang teman berbaik hati berbagi kabar tentang "brown note," nada berfrekuensi sangat rendah dan punya kemampuan aduhai: memicu pendengarnya kebelet ke toilet atau mungkin malah cepirit.

Selubung misteri menyelimuti brown note—suara yang menggugah anda segera lari toilet terdekat—beberapa dekade wara-wiri di budaya populer. Salah satu episode kartun brengsek Southpark pernah khusus menceritakan perjalanan Cartman menemukan "frekuensi 92 oktaf di bawa nada dasar E" yang bisa bikin diare dadakan. Bisa jadi anda juga mendengar brown note disebut-sebut dalam salah satu episode Brainiac yang berusaha membongkar misterinya tanpa hasil memuaskan. Atau malah, desas-desus tentang frekuensi jahanam ini sampai ke kuping anda salah satu petulangan serialMythBusters.

Iklan

Baru-baru ini, beredar sebuah cerita konyol. Seorang DJ di Cornwall, Inggris, iseng memainkan brown note di sebuah klub yang penuh sesak. Tentu saja, kabar itu cuma karangan belaka. Saat orang lebih mudah menyebar hoax daripada menyiram toilet seperti sekarang, kabar ini tersebar cepat dan dipercaya sungguh-sungguh.

Tetap saja pertanyaan saya belum terjawab: sebenarnya, brown note benar-benar nyata atau omong kosong pseudo-sains saja?

"Sampai hari ini belum ada uji coba ilmiah terhadap brown noise," ujar Geoff Leventhall,akademisi yang banting setir jadi konsultan vibrasi bunyi. Geoff banyak melakukan penelitian terhadap suara berfrekuensi rendah dengan cara mengujinya pada diri sendiri.

"Beberapa orang memainkannya dengan subwoofer mereka. Tapi, ini cuma iseng-iseng saja," katanya. "Memang ada beberapa penelitian tentang efek noise berfrekuensi rendah pada manusia. Saya juga meneliti dampaknya pada performa kerja dan produktivitas. Percayalah, efeknya biasa saja."

Geoff menambahkan, "secara ilmiah memang ada yang disebut white noise. Selain itu ada juga pink noise dan red noise. Lebih dari itu, belum ada lagi."

Lantas, dari mana mitos tentang brown note bermula? Internet memang kesohor sebagai tambak hoax paling subur di Planet Bumi. Artikel satir berjejalan di dalamnya dan terus dibagikan tanpa henti. Meski demikian, menurut Geoff, mitos tentang brown note muncul jauh mendahului internet, tepatnya, dari sebuah artikel parodi yang dimuat di majalah New Scientist lebih dari 40 tahun silam.

Iklan

"Ini referensi pertama tentang suara bisa menyebabkan diare mendadak yang saya temukan." ungkap Geoff. "Saya pertama melihat artikel ketika diterbitkan pada 1974. Saya hampir tak sadar itu artikel bohong. Artikelnya ditulis dengan subtil dan begitu menyakinkan."

Artikel parodi itu berkisah tentang pembukaan pameran akbar era Victoria di Inggris. Menurut artikel tersebut, pembukaan pameran dihadiri banyak orang. Lalu, ketika lagu kebangsaan Inggris berkumandang, salah satu peniup saksofon tak sengaja memainkan "brown note." Dampaknya bikin takjub: cepirit massal.

Menyimak isi rtikel ini seperti membaca naskah komedi slapstick abad 19. Tak susah membayangkan beragam imajinasi ngawur yang muncul akibat artikel hoax tersebut.

Setidaknya inilah beberapa karakteristik "brown note": freakuensinya masuk dalam area infrasound, di bawah 20 hertz. Frekuensi serendah ini tak bisa dideteksi telinga manusia. Namun, banyak yang percaya, dalam wilayah frekuensi ini, frekuensi 7hz memiliki efek paling tidak mengenakkan bagi manusia.

Pada 1970, Dr Leventhall membaca sebuah makalah ilmiah dari Perancis yang mengatakan bahwa mendengarkan frekuensi ini bisa mengakibatkan kematian. "Makalah itu bikin saya gusar. Saya langsung masuk ke bilik suara saya untuk mendengar frekuensi 7hz." ujarnya. "Frekuensi itu saya mainkan sampai 145 desibel hingga begitu mudah didengar. Hasilnya? Saya tetap sehat walafiat saja kok."

Iklan

Saya mendadak membayangkan Geoff menguji coba brown note pada dirinya sendiri. Dia masuk bilik suaranya—tanpa pakai pampers dewasa lebih dulu. Lalu rupanya mitos tentang brown note betul adanya. Pasti kocak sekali.

"Pendapat bahwa ada frekuensi tertentu yang menghasilkan respon dari tubuh kita bisa jadi tidak keliru," jelas Dr Matthew Wright, pengajar senior mata kuliah bunyi University of Southampton. "Tapi, kalau kemudian ada frekuensi yang dianggap bisa menyebabkan hal yang menakjubkan, itu ngawur namanya. Tidak ada alasan spesifik mengapa perut anda mulas sedangkan bagian tubuh yang lain biasa saja. Lagipula, kenapa brown note hanya bisa berpengaruh ke manusia?"

Kepada saya, Dr Wright menjelaskan bahwa di dalam komunitas sains, brown note dianggap bualan. Dia membandingkannya dengan percobaan menunjukkan kekuatan suara. Misalnya, frekuensi tertentu bisa memecahkan gelas wine jika bisa memicu cukup getaran. "Coba anda menguji frekuensi rendah," katanya. "Pergerakan udara dalam sebuah getaran sejatinya cuma kerusakan yang dipentalkan bolak-balik. Jika anda bisa memperkuatnya, pasti anda bisa menghancurkan apa saja, kira-kira begitu lah."

Gampangnya, yang Dr Wright ingin katakan adalah suara memang bisa menghasilkan kerusakan fisik, tapi desas-desus tentang brown note isapan jempol belaka.

Sampai di sini, meski sains tak mengakui keberadaan brown note yang misterius, saya memutuskan mencobanya sendiri, biar lebih afdol. Bersenjatakan speaker yang saya tempatkan dekat toilet, saya siap menyongsong brown note dengan gagah berani.

Ada banyak video Youtube yang diklaim sebagai brown note. Kebanyakan orang berkomentark videonya tidak berfungsi. Tapi, ada juga komentar yang bernada positif macam "gara-gara Southpark saya membuka video ini." Pembuat komentar-komentar positif itu mengklaim bebunyian dalam video ini bisa jadi obat pencahar yang manjur, atau setidaknya mereka kaget ternyata video ini punya khasiat. Masalahnya, tak ada yang bisa menjamin komentar-komentar ini benar adanya.

Setelah menemukan video yang pas, saya duduk nyaman di atas sofa. Volume video saya gaspol. Bunyi yang keluar sangat menganggu, mirip seperti suara yang anda dengar ketika mabuk dan terperangkap dalam kipas raksasa di pabrik-pabrik. Saya bisa merasa nada-nada berisik itu mulai merambat menuju tulang belakang, menggaung di perut, lantas terus turun. Selama 40 menit, saya cuma diam dan terbengong-terbengong seperti tengah dihajar krisis eksistensial. Saya menunggu ada yang tiba-tiba keluar dari lubang belakang saya. Sayangnya, tak ada yang keluar. Setitik pun.

Hasilanya: Bukannya cepirit, saya malah cengok.

@jackcummings92