teknologi

Kalian Harus Sadar, Makin Lama Internet Semakin Menakutkan Lho

Kelamaan di rumah bikin orang gampang emosi. Jadi enggak heran makin banyak saja yang hobi ngajak ribut di Twitter.
Daisy Jones
London, GB
KC
ilustrasi oleh Kim Cowie
Ilustrasi tangan memegang HP dengan emoji marah
Ilustrasi: Kim Cowie

Beberapa waktu lalu, aku sempat cekcok dengan komunitas horologi (studi tentang pengukuran waktu). Gara-gara artikel yang kutulis di VICE, cercaan demi cercaan membanjiri kotak email dan akun media sosialku setiap harinya.

Pesan penuh amarah terus berdatangan. Ketika akhirnya mereda, akun media sosialku lagi-lagi disebar ke laman horologi lain dan semuanya terulang kembali.

“Dasar bego lu!!!” bunyi pesan DM yang dikirim seseorang tak dikenal di Instagram.

Iklan

Kalian semua yang bekerja sebagai admin medsos atau aktif di internet pasti sudah familiar dengan kegaduhan semacam ini. Masalahnya sepele, tapi entah kenapa sampai diributkan oleh netizen budiman. Fenomena ini paling sering ditemukan di platform-platform seperti Twitter dan Facebook, yang sebagian besar penggunanya hobi banget beropini.

Aku pribadi enggak heran dengan kelakuan pengguna internet yang aneh bin ajaib. Akan tetapi, aku merasa media sosial makin panas saja belakangan ini. Hal sekecil apa pun dapat memantik amarah seseorang, yang pada akhirnya berkembang menjadi perdebatan hebat setelah viral.

Tentu saja aku bukan satu-satunya yang menyadari perubahan ini. “Aku sering beradu pendapat [di internet],” tutur Sophie*, 21 tahun. “Ada saja postinganku yang dikomentari negatif oleh orang lain. [Media sosial] udah enggak kayak dulu.”

“Perilaku pengguna internet jadi irasional karena kelamaan di rumah. Aku dikatain ‘whiny bitch’ gara-gara postingan kangen nonton konser,” ungkap Khi, 23 tahun.

Perempuan 24 tahun yang dipanggil Lucia sering “menerima kebencian” di media sosial beberapa bulan terakhir. Bedanya dari dulu, dia semakin berani membalas komentar jahat orang. “Dalam situasi menegangkan seperti sekarang, orang-orang jadi gampang stres. Isi TL tambah intens. Aku juga lebih sering menanggapi kritikan orang, enggak mengabaikannya kayak dulu.”

Psikolog Graham Jones mendalami perilaku online. Dia menjelaskan swakarantina yang terlalu lama dapat memengaruhi perilaku seseorang di internet secara substansial. “Isolasi sosial meningkatkan amarah pada satu dari lima orang,” terangnya.

Iklan

“Lockdown mengacaukan kesehatan mental, sehingga banyak orang mudah marah karenanya. Mereka terjebak di dalam rumah, jadi cuma bisa meluapkan emosi di forum online dan medsos,” lanjut Graham, menambahkan “efek ‘echo chamber’ jejaring sosial dapat memperburuk keadaan.”

Kemarahan ini terkadang berujung pada kekerasan online. Hasil survei terbaru menunjukkan 46 persen perempuan dan orang nonbiner di Inggris mengalami kekerasan berbasis gender online (KBGO) sejak awal pandemi. Satu dari tiga responden melaporkan bentuk kekerasan yang mereka terima semakin parah. 84 persen responden mengaku pelakunya adalah orang tak dikenal. Dari data ini, kita sudah bisa menyimpulkan netizen semakin berani menebar kebencian.

Menghadapi hater di internet juga enggak gampang. Kalian bisa saja mematikan HP atau istirahat main medsos, tapi komentar-komentar negatif akan selalu ada di tab mention atau DM kalian sampai mereka menghapusnya. Menurut Graham, kalian dapat mengalihkan perhatian pada hal-hal lain yang lebih baik. Mengikuti kelas online hanyalah satu contohnya. Tapi, kita semua tahu enggak akan semudah itu melakukannya. Tak mungkin juga berhenti total main internet, karena kita harus tetap update dengan informasi terkini dan berkabar dengan orang terdekat yang tinggal jauh dari kita.

Khi menyiasatinya dengan menghindari platform medsos tertentu. “TikTok lebih seru,” katanya. “Di Instagram, aku unfollow semua orang yang merusak suasana hatiku. Sekarang aku cuma mengikuti sahabat dan akun meme. Aku sudah berhenti main Twitter dan Facebook.”

Iklan

Aku setuju dengan Khi. Internet adalah tempat yang menakutkan, tapi seenggaknya banyak meme bagus di sana. Apabila rasanya mustahil untuk berhenti total, kalian bisa menghindari potensi keributan dengan mengubah cara bermain internet. Tak ada salahnya uninstall aplikasi medsos yang bisa bikin emosi naik, atau mengikuti akun-akun yang bikin perasaanmu senang. Follow akun anjing dan kucing lucu di IG jauh lebih bermanfaat daripada akun julid gak jelas.

Bagaimana jika amarahnya berasal dari dalam diri? Urusi sendiri perasaanmu itu, jangan lampiaskan ke orang lain yang enggak salah apa-apa.

@daisythejones / @kim_illo

*Nama narasumber telah diubah.