Serial TV investigasi pembunuhan beralur lambat mungkin bukan pilihan tepat untuk kabur dari kekacauan dunia nyata, tapi aku jamin kalian enggak akan menyesal menontonnya. The Valhalla Murders dan Trapped menawarkan pemandangan yang sangat berbeda, membuat kita lupa dengan apa yang sebenarnya terjadi di sekitar. Memecahkan misteri kematian di daerah bersalju Islandia tampaknya tak seburuk realitas saat ini.
Aku enggak bermaksud menonton maraton The Valhalla Murders. Serial delapan episode ini sangat menegangkan, dan fokus membaca subtitle juga menyita waktu. Aku sampai lupa mengecek peta penyebaran virus corona di HP saking khusyuk mengikuti ceritanya.
Videos by VICE
Setelah menamatkan The Valhalla Murders, aku lanjut menyaksikan Trapped. Serial ini lagi-lagi menyelidiki pembunuhan di kota Islandia yang suram tapi indah. Trapped memiliki semua elemen genre noir: dibuka dengan adegan mengambil potongan tubuh dari fyord (teluk) setengah beku, dan melibatkan remaja korban perdagangan manusia. Andri Olafsson selaku tokoh protagonis memiliki karakter yang kuat, berjanggut, dan berprofesi sebagai kepala polisi.
Akan tetapi, Andri enggak sekejam karakter film noir lainnya. Kalau ada yang buruk darinya, mungkin hanyalah dia masih pakai cincin kawin setelah bercerai (sedangkan istrinya sudah punya kekasih baru yang kekerenannya cuma dilihat dari mobil Land Rover saja) dan suka menenggak segelas besar susu setiap malam.
Seperti ada yang terjadi dengannya (serial ini menekankan tak ada orang yang pindah ke Siglufjörður karena kemauan sendiri), tapi enggak jelas apa itu. Lagi pula, tokoh detektif di TV takkan menarik jika enggak memiliki masa lalu atau rahasia kelam.
Dalam serial Trapped, penduduk Siglufjörður—kota paling utara di Islandia—terjebak di daerah keras dan cuaca ekstrem Februari. Mereka juga terjebak dalam konsekuensi dari semua keputusan buruk yang mereka ambil di masa lalu, pilihan yang terus beresonansi dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Entah mengapa, aku jadi terobsesi dengan bahasa Islandia. Alasannya mungkin karena aku sudah sebulan lebih di rumah dan enggak ketemu orang lain sama sekali. Aku menyukai frikatif dan vokal ritmisnya yang lembut. Setiap kalimat yang diucapkan dalam Trapped terdengar seperti orang kedinginan yang memakaikan sweater wol pada rubah. Bahkan sudut dan kedalaman luka tusuk digambarkan secara detail. (YA, MUNGKIN INI KARENA AKU SUDAH BERMINGGU-MINGGU SENDIRIAN DI RUMAH.)
Aku baru mulai nonton Trapped, dan memaksa diri untuk membatasi episode sisanya. Dalam 50 menit pertama, Andri Olafsson sudah harus berurusan dengan mayat bakar diri, serangan terhadap polisi, kelompok ekstremis sayap kanan, proyek konstruksi yang merugikan lingkungan, gempa kecil, dan lusinan domba mati.
Oh, jangan lupa. Dia juga habis minum susu.
The Valhalla Murders dan Trapped bisa ditonton di Netflix.
Artikel ini pertama kali tayang di VICE US.