Politik

Aspirasi Demo 11 April Tertutupi Pengeroyokan Ade Armando dan Kisruh di Dua Kota

Dosen UI Ade Armando dikeroyok massa di depan Gedung DPR RI hingga babak belur, sementara aksi di Makassar dan Palembang ricuh. Pimpinan DPR berjanji tidak akan mengamandemen UUD 1945.
Ade Armando dikeroyok massa di tengah demo 11 April depan DPR RI tolak wacana penundaan pemilu 2024
Aksi 11 April dari Aliansi BEM SI di Kota Banda Aceh berlangsung damai menolak wacana perpanjangan masa jabatan presiden. Foto oleh Chaideer Mahyuddin/AFP

Unjuk rasa yang digalang Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Seluruh Indonesia berlangsung serentak di beberapa kota pada Senin, 11 April 2022. Di DKI Jakarta, titik pusat demonstrasi berada di depan Gedung DPR RI, diikuti lebih dari 1.000 mahasiswa dari berbagai kampus demi menolak wacana perpanjangan masa jabatan presiden dan penundaan pemilu 2024.

Iklan

Rencana aksi ini diubah pada H-1 oleh BEM SI, dari awalnya diniatkan berlangsung depan Istana Negara menjadi di DPR. Meski demikian, sempat terpantau sebagian peserta aksi hadir di kawasan Patung Kuda, Jakarta Pusat, yang jaraknya tidak jauh dari istana.

Aksi yang mengusung agenda utama penolakan terhadap wacana perpanjangan masa jabatan presiden dan penundaan pemilu 2024 itu awalnya berlangsung damai. Namun, selepas pukul 15.30 WIB, terjadi beberapa insiden terpisah. Salah satu yang paling menyita perhatian di media sosial adalah aksi pemukulan terhadap dosen komunikasi Universitas Indonesia, Ade Armando, oleh sebagian peserta aksi di depan gerbang DPR dari elemen yang bukan mahasiswa.

Ade merujuk laporan CNN Indonesia, sebetulnya datang ke kawasan DPR demi mendukung aksi mahasiswa, karena dia juga tidak setuju bila masa jabatan Presiden Joko Widodo diperpanjang. Beberapa saat sebelum dikeroyok, Ade sempat melayani wawancara media, menilai BEM perlu lebih bersatu menyuarakan aspirasi penolakan ide penundaan pemilu 2024 yang sempat dilontarkan beberapa elit politik. Dalam aksi di Jakarta, BEM Universitas Indonesia dilaporkan memilih tidak ikut dalam aksi 11 April yang digalang BEM SI.

Iklan

“Saya ingin mengatakan gerakan-gerakan semacam ini jangan sampai tadi sporadis terpecah belah, konflik sendiri. Mahasiswa itu harus lebih dewasa lah, bersatu untuk tujuan-tujuan yang menurut saya baik,” ujar Ade.

Setelah wawancara itu, Ade dilaporkan Detik bersitegang dengan seorang perempuan yang sudah berumur di tengah massa. Tak lama kemudian, lelaki berjaket hitam memukul kepalanya dari belakang, menyulut rangkaian kekerasan dari massa lain. Pegiat medsos berusia 60 tahun itu lantas dianiaya hingga tersungkur ke aspal, bahkan celana panjang yang dikenakannya hilang, sebelum akhirnya berhasil diselamatkan polisi dan dibawa masuk ke dalam gedung DPR.

000_32847MT.jpg

Salah satu peserta demo 11 April yang nekat beraksi di dekat Patung Kuda, Jakarta Pusat, ditangkap polisi. Foto oleh Adek Berry/AFP

Situasi yang tidak kondusif di depan gedung DPR terjadi tak lama setelah proses audiensi antara massa aksi dengan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, yang hadir bersama Wakil Ketua DPR RI Rachmat Gobel dan Ahmad Sufmi Dasco. Beberapa menit usai proses audiensi selesai, mendadak terjadi saling dorong dan lemparan botol air mineral ke aparat.

Beberapa orang telah ditangkap polisi tak lama setelah terjadi pengeroyokan terhadap Ade Armando. Polisi belum merinci berapa orang yang bakal ditetapkan sebagai tersangka.

Iklan

“Ada sejumlah orang yang diamankan, tapi masih kita pilah-pilah dahulu," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Zulpan.

Selain insiden di depan gedung DPR, kericuhan dilaporkan pecah di Kota Palembang, Sumatra Selatan, dan Makassar, Sulawesi Selatan, yang turut digalang oleh aliansi BEM SI.

Merujuk laporan media, situasi aksi 11 April di depan Gedung DPRD Palembang awalnya memburuk mulai pukul 13.45 WIB. Polisi pun merangsek demonstran. Namun sebagian massa yang bertahan kemudian bentrok lagi dengan aparat pada pukul 15.17 WIB. Polisi lantas menangkap beberapa peserta aksi yang dianggap memprovokasi massa untuk melakukan kerusuhan.

Adapun di Kota Makassar, dua peserta aksi ditangkap polisi di bawah jembatan flyover Jalan AP Pettarani. Polisi beralasan dua orang itu memobilisasi massa untuk melempari gedung DPRD Makassar dengan batu. Polisi juga sempat menembakkan gas air mata ke kerumunan massa aksi dari BEM SI di Kota Makassar pada pukul 15.30 WITA.

Aksi lain yang termasuk dalam rangkaian Demo 11 April dilaporkan lebih aman tanpa insiden, dengan catatan sempat terjadi saling dorong antara peserta aksi di Yogyakarta dan Padang dengan polisi, tapi hanya singkat saja. Unjuk rasa yang dikomandoi mahasiswa ini berlangsung di Aceh, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, serta Maluku Utara.

Iklan
GettyImages-1239915507.jpg

Aksi mahasiswa di Kota Bandung, Jabar, dalam rangkaian demo 11 April juga berlangsung damai. Foto oleh Algi Febri Sugita/NurPhoto via Getty Images

Selain aspirasi utama menolak ide memperpanjang masa jabatan presiden dan penundaan pemilu, aksi aliansi BEM SI ini sekaligus mendesak pemerintah mengendalikan kenaikan harga kebutuhan pokok, serta menurunkan harga BBM serta gas elpiji 3 kg karena memicu inflasi yang memberatkan masyarakat.

Saat menemui massa 11 April di depan parlemen, Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad berusaha menenangkan mereka, dengan menjamin bahwa wacana seputar penundaan pemilu lewat amandemen 1945 tidak akan diseriusi oleh para politikus di Senayan.

“DPR RI-MPR RI tidak akan ditekan. DPR RI kita bersiap untuk mendapatkan persiapan pemilu. Jadi mahasiswa sekalian DPR dan KPU tetap melanjutkan tahapan pemilu sesuai jadwalnya," ujarnya seperti dilansir kantor berita Antara.

Dasco menambahkan, pada 12 April 2022, anggota KPU dan Bawaslu untuk masa bakti 2022-2027 akan dilantik Presiden Jokowi. Hal itu, menurut Dasco, merupakan indikasi bahwa tahapan pemilu 2024 akan berlangsung sesuai jadwal tanpa penundaan apapun.

“Kami jamin tahapan pemilu berjalan sebagaimana mestinya,” tandasnya.