Kecelakaan

Sebelas Peserta Ritual di Pantai Selatan Jember Tewas Terseret Ombak

Kelompok bernama Tunggal Jati Nusantara menggelar ritual klenik di tepi laut meski sudah diingatkan petugas pantai. Pemimpin spiritualnya selamat namun belum bisa dimintai keterangan aparat.
11 Peserta Ritual Klenik di Pantai Payangan Jember Tewas Terseret Ombak
Tim SAR dibantu polisi mengevakuasi jenazah korban ritual klenik di Pantai Payangan Jember yang terseret ombak pada 13 Februari 2022. Foto oleh SEBASTIAN REVAN JUNARDI/AFP

Pada Minggu (13/2) dini hari, rombongan Kelompok Tunggal Jati Nusantara mendatangi Pantai Payangan, 30 kilometer dari pusat Kota Jember, Jawa Timur, untuk melaksanakan ritual. Saladin, petugas dari paguyuban pengelola pantai, mengingatkan rombongan bahwa ombak pantai sedang pasang. Nur Hasan (35), pimpinan rombongan, memutuskan tetap melanjutkan kegiatan di bibir pantai meski sudah diberi peringatan. Sebanyak 22 orang pengikutnya menurut.

Iklan

Sekitar jam satu dini hari, yang ditakutkan terjadi. Dua ombak besar menyapu pantai, menyeret peserta ritual ke tengah laut. Sebelas orang tewas tenggelam, dua belas orang lainnya selamat termasuk Nur Hasan. Proses evakuasi dilakukan masyarakat sekitar dibantu polisi dan tim SAR selama tiga jam. Korban selamat dibawa ke puskesmas dan rumah sakit terdekat.

“Selama proses pencarian lebih dari tiga jam, seluruh korban ditemukan. Awalnya, ditemukan 10 korban yang mengambang dan terdampar ke tepian. Kemudian, paling lama mencari satu korban yang ternyata tersangkut di batu karang. Total ada 11 korban yang ditemukan,” kata Kapolres Jember Hery Purnomo dilansir Kumparan.

Sampai artikel ini ditulis, polisi masih menyelidiki motif ritual. Dari kesaksian 13 orang saksi yang sudah diperiksa per Senin (14/2), Hery mengaku mendapatkan jawaban yang beraneka ragam. Ada yang bilang tujuan ritual untuk menenangkan diri, menyucikan diri, atau mencari berkah dari Nyi Roro Kidul.

Namun, Nur Hasan sebagai saksi kunci disebut masih menjalani perawatan sehingga belum dimintai keterangan.

“Ada saksi yang blak-blakan mengungkap tujuan ritual di pantai tersebut, namun ada juga yang tertutup,” tambah Heri. Satu anggota kepolisian dari Kabupaten Bondowoso, dengan identitas Bripda FD, termasuk yang tewas terseret ke laut karena ikut ritual tersebut.

Iklan

Ritual kepercayaan serupa yang menimbulkan korban tenggelam bukan kali ini saja terjadi. Pada April 2018, dua warga Probolinggo tewas digulung ombak setelah menjalani ritual penyembuhan penyakit di Pantai Paseban. Salah satu korban selamat, Toha (33), menjelaskan ritual dihelat oleh Bindereh Kusnan (30), guru spiritual yang dipercaya bisa menyembuhkan penyakit. 

Demi kesembuhan salah satu pasiennya, Kusnan meminta 10 laki-laki yang ikut ke pantai untuk berjalan bertelanjang dada di bibir pantai sembari bergandengan tangan. Nahas, tiba-tiba ombak besar datang. Empat orang terseret, namun hanya Toha yang berhasil menyelamatkan diri, “Saya berusaha sekuat tenaga berenang menyelamatkan diri. Alhamdulillah berhasil,” jelas Toha kepada Detik

Pasca kejadian, polisi langsung memanggil Kusnan untuk dimintai keterangan. Penyelidikan menghasilkan keputusan bahwa upacara tersebut tidak memenuhi unsur pidana karena tidak ditemukan pemaksaan. “Saya lebih bertujuan membantu, yang di Paseban itu sampai saat ini enggak dibayar. Saya lupa sejak kapan [diminta tolong mengobati penyakit]. Yang jelas, saya tidak buka praktik khusus, niatnya hanya membantu. Alhamdulillah sebagian besar sembuh setelah saya obati. Ya kadang pakai ritual, kadang pakai doa-doa,” kata Kusnan.

Pindah ke Desember 2021, dua orang ditemukan meninggal secara misterius di pantai Santolo, Garut, Jawa Barat. Kapolsek Cikelet Solah Parwani menyebut kedua korban mendadak sekarat setelah menjalani “ritual penarikan harta benda gaib”di lokasi. Kondisi aneh ini dialami keduanya saat sudah selesai ritual dan pulang ke penginapan.