Perlindungan Satwa

Seekor Trenggiling Jadi Sandera Kelompok Pemberontak di Afrika

Organisasi perlindungan satwa di Kongo terpaksa bernegosiasi dengan kelompok pemberontak yang meminta uang tebusan, agar trenggiling perak itu bisa selamat.
Dipo Faloyin
London, GB
Trenggiling Langka Jadi Sandera Kelompok Pemberontak di K
Close up view of a wild endangered Pangolin. Photo: Paula French via Getty Images

Seekor trenggiling yang masuk kategori langka disekap oleh kelompok pemberontak di Republik Demokratik Kongo. Trenggiling tersebut kabarnya ditemukan milisi lokal di kawasan timur Taman Nasional Virunga pada 24 Januari 2022.

Foto trenggiling yang jadi sandera itu lantas dikirim ke organisasi perlindungan satwa setempat, dengan tujuan agar pemberontak mendapat uang tebusan. Negosiasi antara organisasi tersebut dengan perwakilan pemberontak masih berlangsung hingga artikel ini tayang.

Iklan

Penyanderaan satwa langka macam ini menjadi yang pertama terjadi di Kongo. Negara di kawasan tengah Afrika tersebut tak kunjung sukses meredam kekacauan politik selama puluhan tahun terakhir, sehingga bermunculan kelompok pemberontak dari faksi berbeda-beda.

Dibanding binatang, penculikan manusia lebih sering menjadi taktik kelompok pemberontak mendapat dana operasional. Pada November tahun lalu, lima warga negara Tiongkok diculik di Provinsi Kivu Selatan oleh salah satu milisi pemberontak. Mereka adalah pekerja pabrik tambang yang sahamnya dimiliki investor Tiongkok. Selang dua pekan berikutnya, dua relawan Palang Merah Internasional diculik, juga dengan motif mendapat tebusan.

Laporan dari lembaga Human Rights Watch (HRW) yang terbit 2020 menyatakan ada setidaknya 170 orang yang diculik di sekitar Taman Nasional Virunga, Kongo, sepanjang April 2017 hingga Maret 2020. “Seluruh pelakunya adalah kelompok pemberontak dengan motif mencari tebusan,” demikian kesimpulan HRW.

Selain menculik, kelompok pemberontak yang berbeda-beda itu tercatat kerap memerkosa korban perempuan. “Pemerintah Kongo gagal mengendalikan teror berbagai milisi pemberontak, yang menjadikan situasi Taman Nasional Virunga tidak aman bagi perempuan,” kata Thomas Fessy salah satu peneliti senior HRW.

Dengan situasi serunyam itu, pengamat mengaku terkejut ketika pemberontak Kongo akhirnya turut mengincar penyanderaan bintang seperti yang dialami trenggiling warna perak di Virunga. Mereka kemungkinan menyadari bahwa organisasi konservasi lingkungan kerap mendapat donor asing, dan bersedia membayar untuk menyelamatkan satwa langka.

Masalahnya, jika permintaan pemberontak dituruti, konservasionis senior di Kongo khawatir modus ini akan terulang di masa mendatang. Targetnya bukan hanya trenggiling, tapi bisa mencakup gorila yang banyak berkeliaran di Virunga.

“Taktik penyanderaan satwa macam ini sangat mengkhawatirkan,” ujar Adams Cassinga, pendiri organisasi Conserv Congo.

“Pemberontak di Kongo bisa saja memantau hewan eksotis apa yang memiliki nilai di pasar internasional dan akan mengincarnya untuk jadi target penyanderaan di masa mendatang.”