FYI.

This story is over 5 years old.

media sosial

Korut Ternyata Jual Berbagai Senjata Militer di Twitter dan YouTube, Langgar Aturan Medsos

Negara diktator itu memakai perusahaan cangkang supaya tak langsung ketahuan. Glocom, nama perusahaan itu, tetap berkeliaran di YouTube, Twitter, dan Facebook menjual produk militer.
Parade militer Korea Utara di Pyongyang
Parade militer di Ibu Kota Pyongyang, Korut. Sumber foto: Shutterstock 

Glocom, perusahaan cangkang milik Pemerintah Korea Utara yang menjual peralatan yang diembargo, belum mau menyerah juga. Pada 2017, sebelum YouTube diam-diam menghapus kanal Glocom, perusahaan tersebut malah mengiklankan navigasi misil dan produk militer lainnya lewat platform video tersebut.

Kini, Glocom kembali muncul. Perusahaan cangkang tersebut punya kanal YouTube baru dan juga merambah Twitter. Demi kemaslahatan bersama, Motherboard melaporkan keberadaan Glocom kepada kedua perusahaan media sosial tersebut.

Iklan

Temuan ini tak cuma menyiratkan kegigihan Korut mencari uang dari cara-cara yang tidak halal, tapi juga lemahnya fungsi moderasi—salah satu masalah yang kerap menghantui segala macam platform teknologi.

Glocom diduga “menggunakan kedua medsos sebagai platform untuk memasarkan produk=produk yang melanggar sanksi (yang dikenakan terhadap Korur)," kata Shea Cotton, peneliti yang mendalami isu-isu tentang korut, kepada Motherboard lewat surel.

Sebelumnya, Glocom pernah berpura-pura sebagai perusahaan Malaysia. Padahal, sejatinya perusahaan ini dikelola oleh agen-agen intelejen Korut, menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang dikutip oleh kantor berita internasional Reuters. Saat ini, produk-produk yang ditawakan di website Glocom mencakup sistem radar, software komunikasi dan alat-alat radio militer.

glocom_video

Cuplikan dari salah satu video YouTube Glocom. Sumber gambar: Glocom

"Glocom berupaya secara tulus memberikan layanan produk yang meliputi edukasi, transfer teknolologi, joint venture serta kolaborasi untuk negara dan organisasi di seluruh penjuru Bumi guna menjaga integritas teritorialnya melawan agresi dan dalam kondisi perang berdasar prinsip kemerdekaan, kesetaraan dan kerja sama saling menguntung sesuati dengan permintaan pelangan," tulis Glocom dalam websitenya.

Cotton mengatakan “perusahaan ini terus beroperasi secara terang-terangan. Semua perusahaan cangkang milik DPRK umumnya akan ditutup atau pindah ke negara lain dengan nama baru saat terungkap jati dirinya. Glocom sampat saat ini belum melakukan semua itu. Kami memang pernah menemukan Glocom berusah menciptakan brand sempalan “FACOM” dan menjual beberapa produknya lewat brand itu. Tapi, tetap saja, Glocom sebagai induk brandnya tetap beroperasi secara terbuka.”

Iklan

Glocom tak membatasi kehadirannya dalam bentuk website belaka. Kendati pernah diblokir dari YouTuve, Glocom merambah berbagai macam platform untuk memasarkan produknya. Di Twitter, contohnya, perusahaan ini mengagih video berisi ringkasan produknya—video tersebut berasal dari YouTube.

“Sekarang kami mulai memproduksi besar-besar radio GR-8100HV HF/VHF yang merupakan radio paling ringan dan terkuat di dunia,” begitu bunyi salah satu tweet yang diunggah Glocom.

Selain Twtter dan YouTube, Glocom juga memiliki akun Instagram, Facebook dan bahkan Linkedin—meski tak begitu sering digunakan. Begitu Motherboard berusaha mengontak YouTube untuk meminta pendapat platform video itu, kanal Glocom tiba-tiba hilang.

“Akun ini telah dihapus karena melanggar ketentuan layanan YouTube,” begitu kalimat yang kami temui saat berusaha mengakses kanal YouTube Glocom.

Seorang perwakilan YouTube mengatakan kepada Motherboard lewat sebuah surel, “YouTube mematuhi setiap peraturan perdagangan dan sanksi yang berlaku—termasuk jika berkaitan dengan konten yang diunggah oleh pihak tertentu. Jika kami menemukan akun yang melanggar ketentuan layanan atau Panduan Komunitas, kami akan segara menonaktifkannya.”

Twitter juga menutup akun Glocom saat Mother berusaha menghubungi perusahaan medsos tersebut. Namun, Twitter menolak memberikan komentar.

Saat tulisan ini dikerjakan, Facebook tengah menyelidiki keberadaan Glocom di website mereka kendati tak belum mengeluarkan pernyataan apapun sampai artikel ini terbit.

Saat ditanya kenapa Glocom keukeuh bertahan di platform-platform medsos di atas sementara perusahaan cangkang serupa lainnya lambat laun menghilang, Cotton menjawab. “Ini menunjukkan bahwa meski dihujani publikasi yang buruk, Glocom mungkin berhasil menjalin kerja sama dengan klien yang benar-benar menghargai brand mereka. Saya juga penasaran siapa klien-klien Glocom.”

Sampai tulisan ini dimuat, juru bicara Glocom belum membalas permintaan wawancara Motherboard terkait tudingan yang dialamatkan pada mereka.

Artikel ini pertama kali tayang di Motherboard