Kami Melacak Pemicu Stereotipe PNS Suka Banget Main 'Zuma' dan 'Onet'
Ilustrasi stereotipe ASN suka main 'Zuma' oleh Sadewa Kristianto.
Game Sejuta Umat

Kami Melacak Pemicu Stereotipe PNS Suka Banget Main 'Zuma' dan 'Onet'

Di medsos sempat viral poster lomba e-sport 'Zuma' digelar Kemenkeu, benarkah ada lomba itu? VICE sekaligus menghubungi pemerhati game mencari tahu alasan dua game itu 'populer' di kantor pemerintahan.

Beberapa hari lalu, tersebar foto di Twitter yang bikin banyak orang ngakak. Akun Twitter @_Rezka mengunggah foto banner yang menandakan sedang diadakannya kompetisi game oleh Kementerian Keuangan. Lucunya, meski bertajuk “Ministry of Finance E-Sports Challenge 2019”, game yang dipertandingkan adalah Zuma dan Onet, dua game yang tentunya citranya kurang e-sports.

Inisiatif Kemenkeu ini, kalau memang akurat, jelas menarik. Di tengah menurunnya popularitas game PC macam Zuma dan Onet di kalangan Aparatur Sipil Negara (ASN) akibat gelombang game ponsel, diselenggarakannya acara ini seolah-olah menjadi manifestasi bentuk kesadaran ASN atas pelestarian tradisi mengingat ASN dan Zuma memiliki sejarah yang cukup erat. Bahwa sampai kapan pun, sepertinya Zuma akan terus melekat dalam sejarah hidup ASN.

Iklan

Dahlia, staf Kemenkeu, menceritakan asal muasal foto tersebut kepada VICE.

"Jadi, dalam rangka memperingati Hari Oeang ke-73, Kemenkeu ngadain serangkaian acara, salah satunya porseni (pekan olahraga dan seni). Nah, cabang di porseni itu ada e-sports-nya. Ada Pro Evolution Soccer 2020 dan Mobile Legend," ujarnya.

Meski begitu, Dahlia menginformasikan bahwa Onet dan Zuma tidak dilombakan, melainkan hanya untuk main bareng saja. Ia juga sempat heran melihat ada banner tersebut karena dari observasinya sehari-hari, sudah tidak ada lagi game Zuma di komputer-komputer Kemenkeu.

"Yang [betulan] dilombakan bisa dicek di website Hari Oeang 2019," tandasnya.

Dengan tujuan mengonfirmasi lebih jauh menurunnya popularitas Zuma di kalangan ASN, VICE menghubungi seorang Tenaga Ahli Muda Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian bernama Putra, untuk bertanya apakah Zuma masih populer jadi pengisi waktu senggang ketika dia dan rekan-rekan sedang di kantor.

"Enggak sih, kebanyakan [nonton] YouTube Atta Halilintar dan UAS [Ustad Abdul Somad]. Terus ILC, dan PUBG, tapi minoritas [PUBG-nya]," ujar Putra.

Hmm. Jadi era kejayaan Zuma mungkin sudah meredup. Tapi sebenarnya kenapa sih Zuma lekat sekali ikatannya dengan citra pengisi waktu luang ASN? Martin Suryajaya, penulis sekaligus pemerhati dan pencandu game mengatakan Zuma dan Onet sempat menjadi favorit ASN karena mampu menawarkan hiburan dalam waktu singkat.

Iklan

"Kan itu game casual ya. Genre ini memang memungkinkan orang main sebentar, katakan satu level, abis itu ditinggal menghadap atasan atau rapat. Balik dari situ lanjut main lagi. Jadi sebenernya bukan soal spesifikasi komputer. Karena kalau soal itu, mestinya komputer standar ASN itu bisa buat maen game mid-range macem WoW (World of Warcraft) atau game-game indie keluaran Chucklefish," ujar Martin pada VICE.

Persebaran Zuma di berbagai komputer ASN dimulai dari awal 2000-an ketika game ini ditaruh di platform online yang mudah diakses. Faktor pendukung lain, konsep game Zuma juga dikopi oleh pengembang game lain sehingga memang jadi populer.

"Tapi sekarang sebenarnya udah jarang yang maenin. Kebanyakan ASN main di ponsel. Mulai dari Candy Crush sampai PUBG. Ya mungkin [sampai ada lomba Zuma di Kemenkeu] maksudnya biar bisa diikuti lebih banyak kalangan. Soalnya ASN senior biasanya enggak paham PUBG atau DotA. Kalau Zuma dan Onet semua pasti bisa main," kata Martin.

Melihat perkembangan game ponsel yang makin variatif dan adiktif, rasanya akan tiba masanya saat ASN generasi baru tidak mengerti apa itu Zuma dan Onet. Kasihan ya kodok Zumanya, bakal dilupain.